Lampung Timur(harimaumetrocity.com)|| Ramainya pemberitaan kondisi kampung Nelayan Ujung Tanggul, desa Labuhan Ratu, Kecamatan Pasir Sakti yang minim perhatian dari pemerintah. Kini mendapatkan angin segar, setelah Agus anggota DPRD turun meninjau dan melihat secara langsung kondisi infrastruktur dan fasilitas umum di daerah tersebut.
“Hasil koordinasi Saya dengan mbak Ela (Bupati Lamtim_red), akan segera kita bangun jalan lingkungan sepanjang 700 meter di Ujung Tanggul. Terkait air bersih kemarin sudah ada survei dari Gereja, Bupati pun telah memerintahkan kepada Dinas PUPR Lampung Timur untuk menjadikan Kampung Nelayan Ujung Tanggul sebagai skala prioritas ketersediaan air bersih. Sementara pemasangan lampu penerangan jalan kita akan koordinasi dengan PLN”,ujar Agus saat dihubungi awak media. (23/10/25)
Lebih lanjut legislatif dari PKB tersebut menambahkan terkait masalah Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP) dia memastikan usulan telah masuk namun Verifikasi merupakan kewenangan pusat dan juga butuh tanah hibah.
“Bukan dianak tirikan,tetapi lokasi tanah desa di situ nggak ada daratan, rata -rata tambak dan lahan gambut, itu salah satu kendala tak bisa masuk program KNMP, tetapi ini lagi kita kejar dan upayakan bersama bupati Lampung Timur bagaimana caranya itu bisa masuk di tahun 2026,tentunya pihak desa menyiapkan segala persyaratannya “,tambah politikus muda ini.
Tentu hal itu disambut antusias oleh masyarakat nelayan setempat.
“Alhamdulillah kampung nelayan Ujung Tanggul sudah ada perhatian, kemarin turun lapangan pak Agus dewan, semoga ada bukti bukan hanya janji – janji lagi. Kami juga berterima kasih kepada media yang telah membantu”,ucap Abu tokoh Nelayan setempat.
Diberikan sebelumnya Nelayan desa tersebut merasa di anak tirikan oleh Pemerintah, pasalnya 2 lokasi program Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP) semuanya berada di kecamatan Labuhan Maringgai.
“Bagaimana tidak seperti anak tiri, program presiden Prabowo Kampung Nelayan Merah Putih,semua di tempatkan di kecamatan Labuhan Maringgai, sedangkan kami yang juga nelayan di abaikan, apa bedanya kami dengan mereka”, ucap Abu tokoh Nelayan setempat. (20/10/25)
Mereka juga menyampaikan kondisi infrastruktur dan fasilitas umum yang sangat minim, bahkan air sungai terpaksa mereka konsumsi
“Terpaksa kami lakukan karena memang keadaan, kalau mau ambil air yang bagus, harus keluar dengan jarak tempuh yang lumayan jauh, apa lagi kondisi jalan rusak. Kalau lagi musim ikan, kami bisa beli air galon, tetapi saat musim Timuran (Paceklik)harus prihatin”, tutur Holidin tokoh Nelayan setempat. (20/10/25)
Selain krisis air bersih Nelayan pula mengeluhkan tentang infrastruktur dan fasilitas umum yang telah lama tak tersentuh pembangunan oleh pemerintah.
“Kami seperti dianaktirikan, jalan hancur bertahun tak pernah di bangun, fasilitas seperti kamar mandi umum dan Lampu penerangan jalan juga tak ada, kalau malam seperti menuju kampung Hantu” Jelas Jeje warga setempat.
Bahkan ada jembatan penghubung yang sudah patah masih tetap di lewati oleh warga. (Rls/Septa)